Sabtu, 14 November 2015
TUJUAN PENGEMBANGAN ALAT EVALUASI
PENGEMBANGAN ALAT EVALUASI
A. Pengembangan Alat Evaluasi Tes
1. Tes Esay
Tes Uraian (essay test) juga sering dikenal dengan istilah tes subyektif (subjective test) adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang memiliki karakteristik sebagaimana dikemukakan berikut ini:
• Tes tersebut dalam bentuk pertanyaan dan perintah yang menghendaki jawaban berupa uraian atau paparan kalimat yang pada umunnya cukup panjang,
• Bentuk-bentuk pertanyaan atau perintah itu menuntut kepada testee untuk memberikan penjelasan, komentar, penafsiran, membandingkan, membedakan dan sebagainya,
• Jumlah butir soalnya umumnya terbatas, yaitu berkisar antara lima sampai dengan sepuluh butir,
• Pada umumnya butir-butir soal tes uraian itu diawali dengan kata-kata: "jelaskan...", "Terangkan..." , "Uraikan...", "Mengapa...", "Bagaimana..." atau kata-kata lain yang serupa dengan itu.
a. Jenis-Jenis Tes Uraian
Dilihat dari ruang lingkup, tes uraian dibedakan menjadi:
a) Uraian terbatas (restricted response items)
b) Uraian Bebas (Extended response items)
Dilihat dari Penskorannya, tes uraian dibedakan menjadi:
a) Uraian objektif
b) Uraian non-objektif
b. Kelebihan Tes Uraian
Kelebihan tes uraian dibandingkan tes objektif antara lain:
a) Untuk mengukur proses berfikir tingkat tinggi
b) Untuk mengukur hasil belajar yang kompleks dan tidak dapat diukur dengan tes objektif
c) Waktu yang digunakan untuk menulis soal lebih cepat
d) Menulis tes uraian yang baik relatif lebih mudah dari pada menulis tes obyektif yang baik
c. Kelemahan Tes Uraian
Kelemahan tes uraian dibandingkan tes objektif antara lain:
a) Terbatasnya sampel materi yang ditanyakan
b) Sukar memeriksa jawaban siswa
c) Hasil kemampuan siswa dapat terganggu oleh kemampuan menulis
d) Hasil pemeriksaannya cenderung tidak tetap
d. Cara Pengembangan Tes Uraian
Beberapa factor yang harus di perhatikan dalam mengembangkan tes alat evaluasi:
1. Menentukan tujuan penilaian
Tujuan penilaian ini harus dirumuskan secara jelas dan tegas serta ditentukan sejak awal, karena menjadi dasar untuk menentukan arah, ruang lingkup materi, jenis/model, dan karakter alat penilaian. Dalam penilaian hasil belajar, ada emapat kemungkinan tujuan penelitian, yaitu untuk memperbaiki kinerja tau proses pembelajaran (formatif), untuk menentukan keberhasilan peserta didik (sumatif), untuk mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik dalam proses pembelajaran (diagnostik), atau untuk menempatkan posisi peseta didik sesuai dengan kemampuannya (penempatan).
2. Mengindentifikasi hasil belajar
Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Peserta didik dianggap kompeten apabila dia memiliki pengetahuan keterampilan, sikap dan nilai untuk melakukan sesuatu setelah mengikuti proses pembelajaran. Dalam kurikulum berbasis kompetensi, semua jenis kompetensi dan hasil belajar sudah dirumuskan oleh tim pengembang kurikulum, seperti standar kompetensi, kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator. Guru tinggal mengidentifikasi kompetensi mana yang akan dinilai.
3. Menyusun Kisi-kisi
Menyusun kisi-kisi dimaksudkan agar materi penilaian betul-betul representatif dan relevan dengan materi pelajaran yang sudah diberikan oleh guru kepada peserta didik. Jika materi penilaian tidak relevan dengan materi pelajaran yang telah diberikan, maka akan berakibat hasil penilaian itu kurang baik. Begitu juga jika materi penilaian terlalu banyak dibandingkan dengan materi pelajaran, maka akan berakibat sama. Untuk melihat apakah materi penilaian relevan dengan materi pelajaran atau apakah penilaian terlalu banyak atau kurang, guru harus menyusun kisi-kisi.
4. Mengembangkan draf intrumen
Mengembangkan draf instrumen penilaian merupakan salah satu langkah penting dalam prosedur penilaian. Instrumen penilaian dapat disusun dalam bentuk tes maupun nontes, dalam bentuk tes, berarti guru harus membuat soal. Penilaian sosial adalah penjabaran indikator menjadi pertanyaan-pertanyaan yang karakteristiknya sesuai dengan pedoman kisi-kisi. Setiap pertanyaan harus jelas dan terfokus serta menggunakan bahasa yang efektif, baik bentuk pertanyaan maupun bentuk jawabannya. Kualitas butir soal akan menentukan kualitas tes secara keseluruhan. Setelah semua soal ditulis, sebaiknya soal tersebut dibaca lagi, jika perlu didiskusikan kembali dengan tim penelaah soal, baik dari ahli bahasa, ahli bidang studi, ahli kurikulum, dan ahli evaluasi.
5. Uji coba dan analisis soal
Jika semua soal sudah disusun dengan baik, maka perlu di uji cobakan terlebih dahulu dilapangan. Tujuannya untuk mengetahui soal-soal mana yang perlu diubah, diperbaiki, bahkan dibuang sama sekali, serta soal-soal mana yang baik untuk dipergunakan selanjutnya. Soal yang baik adalah soal yang sudah mengalami beberapa kali uji coba dan revisi, yang didasarkan atas analisis empiris dan rasional. Analisis empiris dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan setiap soal yang diginakan.
6. Revisi dan merakit soal (instrument baru)
Setelah soal diuji coba dan dianalisis, kemudian direvisi sesuai dengan proporsi tingkat kesukaran soal dan daya pembeda. Dengan demikian, ada soal yang masih dapat diperbaiki dari segi bahasa, ada juga soal yang harus direvisi total, baik yang menyangkut pokok soal (stem) maupun alternatif jawaban (option), bahkan ada soal yang harus dibuang atau disisihkan. Berdaarkan hasil revisi soal ini, barulah dilakukan perkaitan soal menjadi suatu instrumen yang terpadu. Untuk itu, semua hal yang dapat mempengaruhi validitas skor tes, seperti nomor urut soal, pengelompokan bentuk soal,penataan soal, dan sebagainya haruslah diperhatikan.
2. Tes Pilihan Ganda (Multiple choice test)
a. Pengertian Tes Pilihan Ganda.
Tes Pilihan Ganda / Multiple choice test terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap. Dan untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Atau multiple choice test terdiri atas bagian keterangan (item) dan bagian kemungkinan jawaban atau alternatif (option). Kemungkinan jawaban (option) terdiri atas satu jawaban yang benar yaitu kunci jawaban dan beberapa pengecoh (distractor).
Tes objektive bentuk multiple choice item sering dikenal dengan istilah objektif bentuk pilihan ganda, yaitu salah satu bentuk tes objektif yang terdiri atas pertanyaan atau pernyataan yang sifatnya belum selesai, dan untuk menyelesaikannya harus dipilih salah satu (atau lebih) dari beberapa kemungkinan jawab yang telah disediakan pada tiap-tiap butir soal yang bersangkutan.
b. Langkah-langkah Mengembangkan Butir Soal
Langkah-langkah menyusun soal pilihan ganda: dimulai dengan menyusun kisi-kisi soal, selanjutnya adalah menulis/menyusun soal, sebelum test digunakanmelakukan penelaahan butir soal, dan terakhir memeriksa hasil test.
1. Penulisan Kisi-Kisi Soal
a. Teknik Mengisi Kisi-Kisi
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam menyusun kisi-kisiantara lain:
1) Sampel Materi.
Pemilihan sampel materi yang akan ditulis butir soalnya hendaknyadilakukan dengan mengacu pada kompetensi yang ingin dicapai. Semakin banyak sampel materi yangdapat ditanyakan maka semakin banyak pula tujuan pembelajaran yangdapat diukur.
2) Jenis Tes.
Pemilihan jenis tes yang digunakan berhubungan erat dengan jumlah sampel materi yang dapat diukur, tingkat kognitif yang akan diukur, jumlah peserta tes, serta jumlah butir soal yang akan dibuat.
3) Jenjang Pengetahuan.
Setiap kompetensi inti mempunyai penekanan kemampuan yang berbeda dalam mengembangkan proses berfikir peserta ujian. Kumpulan butir soal yang akan digunakan dalam ujian harus dapat mengukur proses berfikir yang relevan dengan proses berfikir yang dikembangkan selama proses pembelajaran. Dalam hal ini, kita mengenal ranah kognitif yang di kembangkan oleh Bloom dkk yang kemudian direvisi oleh Krathwoll(2001). Revisi Krathwoll terhadap tingkatan ranah kognitif adalah: ingatan(C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), evaluasi (C5) dankreasi (C6).
4) Tingkat Kesukaran
Dalam menentukan sebaran tingkat kesukaran butir soal dalam setsoal untuk ujian, harus mempertimbangkan interpretasi hasil tes mana yangakan digunakan. Ada dua pendekatan yang dapat digunakan dalam menginterpretasikan hasil tes, yaitu pendekatan Penilaian Acuan Patokan(PAP) dan Penilaian Acuan Norma (PAN).
5) Waktu Ujian
Lamanya waktu ujian merupakan faktor pembatas yang harus diperhatikan dalam membuat perencanaan tes.
6) Jumlah Butir Soal
Penentuan jumlah butir soal yang tepat dalam satu kali ujiantergantung pada beberapa hal, antara lain: penguasaan kompetensi yangingin diketahui, ragam soal yang akan digunakan, proses berfikir yang ingindiukur, dan sebaran tingkat kesukaran dalam set tes tersebut.
B. Pengembangan Alat Evaluasi Non-Tes
1. Pengertian Nontes
Nontes adalah penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik yang di lakukan dengan tanpa “menguji” peserta didik, melainkan dilakukan dengan melakukan pengamatan secara sistematis (observatio), melakukan wawancara (Interviuew), menyebarkan angket (quistionnaire) dan memeriksa atau meneliti dokumen-dokumen. Teknik nontes ini pada umumnya memegang peranan yang penting dalam rangka mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah-ranah sikap hidup, (afectif domain), dan ranah keterampilan, sedangkan sebagian telah dikemukakan sebelum ini, lebih banyak digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah proses berpikirnya.
2. Jenis-Jenis Nontes
a. Pengamatan (Observasi)
Observasi merupakan suatu pengamatan langsung terhadap siswa dengan memperhatikan tingkah lakunya. Secara umum observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.
Menurut cara dan tujuannya, obsevasi dapat dibedakan menjadi 3 macam:
1) Partisipatif dan nonpartisipatif
2) Observasi sistematis dan nonsistematis
3) Observasi eksperimental
Cara pengembangan observasi:
1) Merumuskan tujuan
2) Merumuskan kegiatan
3) Menyusun langkah-langkah
4) Menyusun kisi-kisi
5) Menyusun panduaan obsevasi
6) Menyusun alat penilaian
b. Wawancara (Interview)
Wawancara adalah suatu teknik penilaian yang dilakukan dengan cara percakapan (dialog) yang berisikan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan tujuan informasi yang hendak digali.
Wawancara dibedakan menjadi 2 macam:
1) Wawancara bebas
2) Wawancara terpimpin
Cara pengembangan wawancara:
1) Perumusan tujuan yang ingin dicapai dari wawancara
2) Perumusan kegiatan atau aspek-aspek yang dinilai
3) Penyusunan kisi-kisi dan bentuk wawancara
4) Penyusunan pedoman dan pertanyaan wawancara
5) Lembaran penilaian
Contoh wawancara:
Guru menanyakan ke siswa :
“Bagaimana cara kamu menghitung volum dari gambar balok ini? ”
“Mengapa kamu menggunakan cara tersebut?”
“Dari mana kamu mengetahui cara tersebut?”
c. Angket (Questionaire)
Angket adalah daftar pertanyaan yang terbagi dalam beberapa kategori.
Ditinjau dari segi yang memberikan jawaban, angket dibedakan menjadi 2 macam:
1) Angket langsung
2) Angket tidak langsung
Ditinjau dari segi cara memberikan jawaban, angket dibedakan menjadi 2 macam:
1) Angket tertutup
2) Angket terbuka
Ditinjau dari strukturnya, angket dibedakan menjadi 2 macam:
1) Angket terstruktur
2) Angket tidak terstruktur
Cara pengembangan angket:
1) Merumuskan tujuan
2) Merumuskan kegiatan
3) Menyusun langkah-langkah
4) Menyusun kisi-kisi
5) Menyusun panduan angket
6) Menyusun alat penilaian
d. Pemeriksaan Dokumen (Documentary Analysis)
Pemeriksaan dokumen adalah evaluasi mengenai kemajuan siswa atau objek yang diteliti dengan cara melakukan pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen, misalnya: riwayat hidup
e. Skala Bertingkat (Rating Scale)
Skala bertingkat menggambarkan suatu nilai dalam bentuk angka. Angka-angka diberikan secara bertingkat dari angka terendah sampai angka paling tinggi. Angka-angka tersebut kemudian dapat dipergunakan untuk melakukan perbandingan terhadap angka yang lain.
3. Langkah-langkah pengembangan alat evaluasi non-tes
Langkah-langkah pengembangan alat evaluasi non-tes dalam pengembangan alat evaluasi non-tes, dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
a) Menentukan aspek apa yang akan diukur. Tetapkan aspek apa yang akan diungkap. Biasanya aspek belajar yang akan diungkap dengan non-tes berkenaan dengan ranah afektif dan psikomotor.
b) Menentukan instrumen yang akan digunakan sesuai dengan hal yang telah ditetapkan diatas.
c) Menentukan definisi atau bahasan tentang aspek yang akan di unkap. Hal ini biasanya berdasarkan atas teori tertentu. Misalnya kita akan mengungkap keterlibatan siswa dalam diskusi. Rumuskan apa yang dimaksud dengan keterlibatan itu. misalnya menurut pendapat Nana Syaodih (2005 ) keterlibatan siswa dalam berdiskusi mencakup kemampuan siswa dalam mengikuti diskusi, yang mencakup: keaslian dalam mengungkapkan ide atau gagasan siswadan keikutsertaan dalam menyanggah pendapat orang lain. Maka yang akan dinilai hanya hal itu saja, bukan yang lain.
d) Menentukan format instrumen. Misalnya kita akan mengungkap keterlibatan siswa dalam berdiskusi dengan menggunakan observasi.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar