Salah
satu aliran yang mempunyai pengaruh terhadap praktik belajar yang dilaksanakan
di sekolah adalah aliran psikologi kognitif. Aliran ini telah memberikan
kontribusi terhadap penggunaan unsur kognitif atau mental dalam proses belajar.
Berbeda dengan pandangan aliran behavioristik yang memandang belajar sebagai
kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus dan respons, aliran kognitif
memandang kegiatan belajar bukanlah sekedar stimulus dan respons yang bersifat
mekanistik, tetapi lebih dari itu, kegiatan belajar juga melibatkan kegiatan
mental yang ada di dalam diri individu yang sedang belajar. Karena itu, menurut
aliran kognitif, belajar adalah sebuah proses mental yang aktif untuk mencapai,
mengingat, dan menggunakan pengetahuan. Sehingga perilaku yang tampak pada
manusia tidak dapat diukur dan diamti tanpa melibatkan proses mental seperti
motivasi, kesengajaan, keyakinan, dan lain lain.
Kendati pendekatan kognitif sering dipertentangkan dengan
pendekatan behavioristik, namun ia tidak selalu menafikan pandangan-pandangan
kaum behavioristik. Reinforcement misalnya, yang menjadi prinsip belajar
behavioristik, juga terdapat dalam pandangan kognitif tentang belajar. Namun
bedanya, behavioristik memandang reinforcement sebagai elaemen yang penting
untuk menjaga atau menguatkan perilaku, sedangkan menurut pandangan kognitif
reinforcement sebagai sebuah sumber umpan balik apakah kemungkinan yang terjadi
jika sebuah perilaku di ulang lagi.
A. Teori
Gestalt.
Psikologi kognitif
muncul dipengaruhi oleh psikologi gestalt, dengan tokoh-tokohnya seperti max
Wertheimer, Wolfagang Kohler, dan Kurf Koffka. Para tokoh gestalt tersebut
sebelum merasa puas dengan penemuan-penemuan Para ahli sebelumnya yang
menyatakan belajar sebagai proses stimulus dan respon serta manusia bersifat
mekanistik. Penelitian-penelitian yang dilakukan oleh oara tokoh gestalt lebih
menekankan pada persepsi. Menurut mereka, manusia bukanlah sekedar mahluk yang
hanya bias bereaksi jika ada stimulus yang memengaruhinya. Tetapi lebih dari
itu, manusia adalah mahluk individu yang utuh antara rohani dan jasmaninya.
Dengan demikian, pada saat manusia bereaksi dengan lingkunganya, manusia tidak
sekedar merespons, tetapi juga melibatkan unsur subjektivitas nya antara
masing-masing individu bias berlainan.
Berbeda dengan
teori-teori yang dikemukan oleh Para tokoh behaviorisme, terutama Thorndike,
yang menganggap bahwa belajar sebagai proses trial and error, teori gestalt ini
memandang belajar adalah proses yang didasarkan pada pemahaman (insight).
Karena pada dasarnya setiap tingkah laku seseorang selalu didasarkan pada
kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku
tersebut terjadi. Pada situasi belajar, keterlibatan seseorang secara langsung
dalam situasi belajar tersebut akan menghasilkan pemahaman yang dapat membantu
individu tersebut memecahkan masalah. Dengan kata lain, teori gestalt ini
menyatakan bahwa yang paling penting dalam proses belajar individu adalah
dimengertinya apa yang dipelajari oleh individu tersebut. Oleh karena itu,
teori belajar gestalt ini disebut teori insight.
Wolfgang Kohler menjelaskan teori gestalt
ini melalui percobaan dengan seekor simpanse yang diberi nama sultan. Dalam
eksperimennya, Kohler ingin mengetahui bagaimana fungsi insight dapat membantu
memecahkan masalah, dan membuktikan bahwa perilaku simpanse dalam memecahkan
masalah yang dihadapinya tidak hanya didasarkan stimulus dalam memecahkan
masalah yang dihadapinya tidak hanya didasarkan stimulus dan respons atau trial
and error saja, tapi juga karena ada pemahaman terhadap masalah dan bagaimana
memecahkan masalah tersebut. Berikut eksperimen yang dilakukan oleh Kohler
terhadap simpanse.
Eksperimen I
Simpanse dimasukkan kedalam sangkar atau
ruangan dan didalam sangkar tersebut terdapat sebatang tongkat. Diluar sangkar
diletakkan sebuah pisang. Problem yang dihadapi oleh simpanse adalah bagaimana
simpanse dapat mengambil pisang tadi untuk dimakan. Pada awal di masukkan
sangkar, simpanse berusaha untuk mengambil pisang tersebut, tapi selalu gagal
karena tangannya tidak sampai untuk mengambil pisang tersebut. Kemudian
simpanse melihat sebatang tongkat dan timbullah pengertian untuk meraih pisang
dengan menggunakan tongkat tersebut.
Eksperimen II
Problem yang dihadapi oleh simpanse masih
sama dengan eksperimen I, yaitu pisang masih ada di luar sangkar. Akan tetapi,
pisang tersebut dapat diraih jika tongkatnya dapat disambung. Jadi, ada dua
batang tongkat didalam sangkar yang dapat disambung. Kemudian simpanse
diletakkan dalam sangkar tersebut. Semula simpanse berusaha meraih pisang
dengan satu tongkat, tetapi gagal. Tiba tiba muncul insight dalam diri simpanse
dan menyambung kedua tongkat dalam sangkar untuk meraih pisang di luar sangkar,
dan ternyata berhasil.
Eksperimen III
Problem yang dihadapi oleh simpanse diubah,
yakni pisang diletakkan digantung di atas sangkar sehingga simpanse tidak dapat
meraih pisang tersebut. Di sudut sangkar diletakkan sebuah kotak yang kuat
untuk dinaiki oleh simpanse. Pada awalnya simpanse berusaha meraih pisang yang
digantung di atas sangkat, tetapi ia selalu gagal. Kemudian simpanse
memerhatikan sekeliling sangkar dan ia melihat sebuah kotak yang kuat, maka
timbullah pemahaman dalam diri simpanse, yakni menghubungkan kotak tersebut
dengan pisang. Lalu kotak tersebut diambil dan ditaruh tepat di bawah pisang.
Selanjutnya simpanse menaiki kotak dan akhirnya ia dapat meraih pisang
tersebut.
Eksperimen IV
Sama dengan eksperimen tiga, pisang ditaruh
di atas sangkar dan ada kotak, hanya saja pada eksperimen ini ada dua kotak
yang dapat disambung untuk dinaiki dan digunakan untuk meraih pisang di atas
sangkar, pada awalnya simpanse menggunakan kotak satu untuk meraih pisang
diatas sangkar, tetapi gagal. Simpanse melihat ada satu kotak lagi di dalam
sangkar dan ia menghubungkan kotak tersebut dengan pisang dan kotak yang
satunya lagi. Dengan pemahaman tersebut, simpanse menyusun kotak-kotak itu dan
ia berdiri di atas kotak-kotak dan akhirnya dapat meraih pisang diatas sangkar
dengan tangnnya.
Dari eksperimen-eksperimen tersebut, Kohler
menjelaskan bahwa simpanse yang dipakai untuk percobaan harus dapat membentuk
persepsi tentang situasi total dan saling menghubungkan antara semua hal yang
relevan dengan problem yang dihadapinya sebelum muncul insight. Dari
percobaan-percobaan tersebut menunjukkan simpanse dapat memecahkan problemya
dengan insight nya, dan dia akan mentransfer insight tersebut untuk memcahkan
problem lain yang dihadapinya.
Eksperimen-eksperimen yang dilakukan oleh
Kohler juga menunjukkan pentingnya pembentukan insight dalam proses belajar.
Pemebentukan insight dalam diri individu belajar terjadi karena ada persepsi
terhadap lingkungan atau medan dan menstrurnya sehingga membentuk menjadi suatu
susunan yang bermakna, yaitu insight.
Insight yang merupakan inti dari belajar
menurut teori gestalt, memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a.
Kemampuan Insight seseorang tergantung kepada
kemampuan dasar orang, sedangkan kemampuan dasar itu tergantung kepada usia dan
posisi yang bersangkutan dalam kelompok (spesiesnya).
- Insight dipengaruhi atau tergantung kepada pengalaman masa lalunya yang relevan.
- Insight tergantung kepada pengaturan situasi yang dihadapinya.
- Insight didahului dengan periode mencari dan mencoba-coba.
- Solusi problem dengan menggunakan insight dapat diulangi dengan mudah, dan akan berlaku secara langsung.
- Jika insight telah terbentuk, maka problem pada situasi situasi yang lain akan dapat dipecahkan.
B. Tokoh-tokoh
Aliran Gestalt
- Max Wertheimer (1880-1943)
Belajar pada Kuelpe, seorang
tokoh aliran Wuerzburg. Bersama-sama
dengan Wolfgang Koehler (1887-1967) dan Kurt Koffka (1887-1941) melakukan
eksperimen yang akhirnya menelurkan ide Gestalt. Tahun 1910 ia mengajar di
Univeristy of Frankfurt bersama-sama dengan Koehler dan Koffka yang saat itu
sudah menjadi asisten di sana.
Konsep
pentingnya : phi phenomenon (bergeraknya obyek statis menjadi rangkaian gerakan
yang dinamis setelah dimunculkan dalam waktu singkat dan dengan demikian
memungkinkan manusia melakukan interpretasi).
Dengan
konsep ini, Wertheimer menunjuk pada proses interpretasi dari sensasi obyektif
yang kita terima. Proses ini terjadi di otak dan sama sekali bukan proses
fisik, tetapi proses mental. Ia menentang pendapat Wundt yang menunjuk pada
proses fisik sebagai penjelasan phi phenomenon.
- Kurt Koffka (1886-1941)
Koffka lahir di Berlin tanggal 18
Maret 1886. Kariernya dalam psikologi dimulai sejak dia diberi gelar doktor
oleh Universitas Berlin pada tahun 1908. Pada tahun 1910, ia bertemu dengan
Wertheimer dan Kohler, bersama kedua orang ini Koffka mendirikan aliran
psikologi Gestalt di Berlin. Sumbangan Koffka kepada psikologi adalah penyajian
yang sistematis dan pengamalan dari prinsip-prinsip Gestalt dalam rangkaian
gejala psikologi, mulai persepsi, belajar, mengingat, sampai kepada psikologi
belajar dan psikologi sosial. Teori Koffka tentang belajar didasarkan pada anggapan
bahwa belajar dapat diterangkan dengan prinsip-prinsip psikologi Gestalt.
Teorinya yang terkenal adalah Memory Trace (jejak ingatan).
3.
Wolfgang Kohler (1887-1967)
Kohler lahir di Reval, Estonia pada
tanggal 21 Januari 1887. Kohler memperoleh gelar Ph.D pada tahun 1908 di bawah
bimbingan C. Stumpf di Berlin. Ia kemudian pergi ke Frankfurt. Saat bertugas
sebagai asisten dari F. Schumman, ia bertemu dengan Wartheimer dan Koffka.
Ia mengadakan penyelidikan terhadap
inteligensi kera. Hasil kajiannya ditulis dalam buku betajukThe Mentality of
Apes (1925). Eksperimennya adalah : seekor simpanse diletakkan di dalam
sangkar. Pisang digantung di atas sangkar. Di dalam sangkar terdapat beberapa
kotak berlainan jenis. Mula-mula hewan itu melompat-lompat untuk mendapatkan
pisang itu tetapi tidak berhasil. Karena usaha-usaha itu tidak membawa hasil,
simpanse itu berhenti sejenak, seolah-olah memikir cara untuk mendapatkan
pisang itu. Tiba-tiba hewan itu dapat sesuatu ide dan kemudian menyusun
kotak-kotak yang tersedia untuk dijadikan tangga dan memanjatnya untuk mencapai
pisang itu.
Hal ini menjadi kesimpulannya bahwa
apabila organisme menghadapi suatu masalah atau problem maka akan terjadi
ketidak seimbangan kognitif sampai masalah itu selesai.
C.
Hukum-hukum Pokok Teori Gestalt.
1. Hukum Pragnaz
Hukum Pragnaz ini menunjukkan
tentang berarahnya segala kejadian yaitu tentang suatu keadaan seimbang.
Keadaan yang seimbang ini mencakup sikap-sikap keturunan, kesederhanaan,
kestabilan, simetri dan sebagainya. Contohnya Ketika melihat awan, kerapkali
kita menghubungkan dengan objek yang ada dalam pikiran kita sehingga menjadi
sebuah bentuk yang mirip suatu objek nyata lainnya. Misalnya mirip wajah.
Contoh lain, Pada sebuah iklan, coba kita ingat kembali iklan pop mie. Pertama
yang kita lihat adalah isi iklan keseluruhannya, dengan menyajikan berbagai
gambaran untuk mendeskripsikan pop mie dan pada akhirnya kita tau bahwa itu
iklan pop mie dengan kemasan yang baru.
2.
Hukum Kesamaan (the low of similarity).
Bahwa sesuatu yang memiliki kesamaan cenderung akan
dipandang sebagai suatu obyek yang saling memiliki. Pada contoh gambar di bawah
ini, umumnya orang akan cenderung melihat delapan kolom yang vertical dibanding
empat baris yang horizontal, sebab adanya kemiripan atau kesamaan yang
membentuk arah vertical.
3.
Hukum Arah bersama (common direction / continuity);
Bahwa unsur-unsur bidang pengamatan yang berada dalam
arah yang sama cenderung akan dipersepsi sebagi suatu figure atau bentuk
tertentu. Contoh gambar dibawah ini menunjukkan bahwa kita cenderung mengikuti
aliran halus atau bentuk-bentuk yang berkelanjutan dan bukan bentuk yang
terputus.
4.
Hukum Ketertutupan (the low closure).
Bahwa orang cenderung akan mengisi
kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak lengkap. Contohnya:
Ketika kita sedang membaca bacaan, yang saat itu huruf-hurufnya
terpotong-potong karena tinta hasil fotocopy yang kurang jelas. Akan tapi pada
akhirnya kita dapat membaca tulisan tersebut dengan memperkirakan huruf apa
saja yang tertulis.
5.
Hukum Keterdekatan (the low proxmity);
Bahwa unsur-unsur yang saling
berdekatan (baik waktu maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang
sebagai satu bentuk tertentu. Contohnya: Ketika kita memasuki ruangan 302 USD
Kampus 3, kita akan menemui banyak meja, tapi kita akan lebih mudah melihat
banyak meja tersebut dengan pengelompokan meja yang telah diatur menjadi 3
baris.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar