A.
Pendekatan Keterampilan Proses
Pendekatan pengajaran
adalah jalan atau arah yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam mencapai tujuan
pengajaran, dilihat dari sudut bagaimana materi itu disusun dan disajikan.”
Proses mengajar merupakan peristiwa yang menyediakan berbagai kesempatan bagi
peserta didik untuk terlibat aktif dalam kegiatan belajar. Proses belajar itu
sendiri menyangkut perubahan aspek-aspek tingkah laku, seperti pengetahuan,
sikap dan ketrampilan. Pendekatan Ketrampilan Proses dapat diartikan sebagai
wawasan atau panutan pengembangan ketrampilan-ketrampilan intelektual, sosial,
dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya
telah ada pada diri siswa.
Beberapa alasan yang melandasi perlunya penerapan Pendekatan Ketrampilan Proses
dalam kegiatan belajar mengajar sehari-hari antara lain:
©
Perkembangan ilmu
pengetahuan berlangsung semakin cepat sehingga tak mungkin lagi para guru
mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa.
©
Para ahli psikologi
umumnya sependapat bahwa anak-anak mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan
abstrak jika disertai dengan contoh-contoh yang kongkret, contoh-contoh yang
wajar sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, dengan mempraktekkan
sendiri upaya penemuan konsep melalui perlakuan terhadap kenyataan fisik,
melalui penanganan benda-benda yang benar-benar nyata.
©
Penemuan ilmu pengetahuan
tidak bersifat mutlak seratus persen, penemuannya bersifat relatif.
©
Dalam proses belajar
mengajar seyogyanya pengembangan konsep tidak dilepaskan dari pengembangan
sikap dan nilai dalam diri anak didik.
Berdasarkan keempat alasan inilah perlu dicari cara belajar mengajar
sebaik-baiknya. Beberapa kelebihan pendekatan ketrampilan proses yaitu:
d Pendekatan ketrampilan proses memberikan peserta didik pengertian yang
tepat tentang hakikat ilmu pengetahuan.Mereka lebih langsung mengalami
rangsangan ilmu pengetahuan dalam kegiatan belajarnya dan lebih mengerti fakta
serta konsep ilmu pengetahuan.
d Proses pengajaran yang berlangsung memberi kesempatan kepada peserta
didik untuk bekerja dengan ilmu pengetahuan, bukan sekedar mendengar cerita
atau penjelasan guru mengenai suatu ilmu pengetahuan.
d Pendekatan ketrampilan proses mengantarkan peserta didik untuk belajar
ilmu pengetahuan baik sebagai proses ataupun sebagai produk ilmu pengetahuan
sekaligus. Terdapat dua jenis ketrampilan-ketrampilan proses yaitu:
1)
Ketrampilan-ketrampilan dasar (basic skills) yang meliputi mengobservasi, mengklasifikasi,
memprediksi, mengukur, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan
2)
Ketrampilan-ketrampilan terintegrasi yang mencakup mengidentifikasi variabel,
membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan
keterhubungan antar variabel, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisa
penelitian, menyusu hipotesis, mengidentifikasikan variabel secara operasional,
merancang penelitian, dan melaksanakan eksperimen.
Namun
secara umum, beberapa keterampilan proses yang penting untuk diketahui antara
lain :
1) Mengamati
Mengamati merupakan
ketrampilan yang paling dasar yang harus dikembangkan.Kegiatan mengamati dunia
sekitar mengenai berbagai objek dan fenomena alam baik yang dilakukan secara
kualitatif dan kuantitatif akan menghasilkan suatu data dan informasi yang
selanjutnya dapat mendorong peserta didik untuk melakukan kegiatan-kegiatan
belajar seperti mempertanyakan kembali, memikirkannya, menafsirkan, menguraikan
dan meneliti lebih lanjut.
2) Mengklasifikasikan
Ketrampilan ini merupakan memilih
atau menggolongkan berbagai objek, peristiwa dan segala sesuatu hal yang
terjadi di sekitar kehidupan peserta didik.Hasil dari suatu pengamatan biasanya
memperlihatkan adanya perbedaan-perbedaan atau kesamaan-kesamaan
,hubungan-hubungan, kesesuaian atas dasar tujuan atau menurut fungsinya,dsb.
3) Mengkomunikasikan
Ketrampilan ini merupakan
kemampuan dasar yang sangat penting untuk dimiliki peserta didik karena
fungsinya yang vital bagi segala urusan yang kita lakukan dalam kehidupan
ini.Peserta didik harus dilatih untuk dapat berkomunikasi secara efektif.
Proses pengajaran amatlah terbuka bagi pelatihan ketrampilan mengkomunikasikan,
misalnya kebiasaan untuk mau bertanya dalam kegiatan belajar, berani
berpendapat, mengekspresikan ide atau perasaan, memahami pembicaraan orang
lain, mendapatkan fakta atau informasi, mendemonstrasikan suatu temuan ilmu
pengetahuan, menuliskan suatu laporan, berdiskusi, membaca peta, dsb.
4) Mengukur
Ketrampilan ini merupakan
kemampuan untuk dasar membandingkan, mengklasifikasikan, mengkomunikasikan,
memprediksi, menyimpulkan , dsb.
5) Memprediksi
Ketrampilan ini merupakan
kemampuan untuk melakukan antisipasi atau membuat suatu ramalan tentang
berbagai hal yang terjadi dimasa yang akan datang. Peserta didik dituntut untuk
melakukan perkiraan berdasarkan konsep-konsep keilmuan yang dimilikinya,
kecenderungan yang terjadi disekitarnya, keterhubungan fungsional antar fakta
yang diperolehnya,dsb.
6) Menyimpulkan
Ketrampilan ini merupakan
kemampuan untuk menyatakan hasil pertimbangan atau penilaian atas kondisi suatu
objek atau segala peristiwa yang terjadi. Pertimbangan atau penilaian ini
dilakukan atas dasar fakta, konsep dan prinsip-prinsip pengetahuan yang
diketahui. Ketrampilan ini berkaitan erat dengan ketrampilan mengamati,
mengumpulkan informasi, menganalisis atau mengolahnya, dan selanjutnya
ketrampilan menyimpulkannya.
7) Merancang Penelitian
Perancangan suatu penelitian
yang dilakukan secara cermat dan penuh kesungguhan akan menghasilkan sesuatu
yang berguna dan bermakna bagi kehidupan ini. Hasil-hasil penelitian ini sangat
berkaitan dengan rekonstruksi ilmu pengetahuan yang telah ada, sekaligus
menjadi dasar bagi kehidupan umat manusia.
8) Bereksperimen
Bereksperimen bagi peserta
didik, berarti mereka terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan yang bersifat
ilmiah dan kegiatan-kegiatan pemecahan masalah. Ketrampilan bereksperimen
merupakan salah satu ketrampilan terintegrasi, artinya membutuhkan
ketrampilan-ketrampilan lain dalam pelaksanaannya.
B.
Evaluasi Belajar dan Pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran, evaluasi menempati kedudukan yang penting dan
merupakan bagian utuh dari proses dan tahapan kegiatan pembelajaran. Dengan
melakukan evaluasi, guru dapat mengukur tingkat keberhasilan proses
pembelajaran yang dilakukannya, pada tiap kali pertemuan, setiap caturwulan,
setiap semester, setiap tahun , bahkan selama berada pada satuan pendidikan
tertentu. Dengan demikian setiap kali membahas proses pembelajaran, maka
berarti kita juga membahas tentang evaluasi, karena evaluasi inklusif di dalam
proses pembelajaran.
Mengacu pada asumsi bahwa
pembelajaran merupakan sistem yang terdiri atas beberapa unsur, yaitu masukan,
proses dan keluaran/hasil; maka terdapat evaluasi sesuai dengan sasaran
evaluasi pembelajaran, yaitu evaluasi masukan, proses dan keluaran/hasil
pembelajaran. Evaluasi masukan pembelajaran menekankan pada evaluasi
karakteristik peserta didik, kelengkapan dan keadaan sarana dan prasarana
pembelajaran, karakteristik dan kesiapan dosen, kurikulum dan materi
pembelajaran, strategi pembelajaran yang sesuai dengan mata kuliah, serta
keadaan lingkungan dimana pembelajaran berlangsung.
Evaluasi proses pembelajaran menekankan pada evalusi pengelolaan
pembelajaran yang dilaksanakan oleh pembelajar meliputi keefektifan strategi
pembelajaran yang dilaksanakan, keefektifan media pembelajaran, cara mengajar
yang dilaksanakan, dan minat, sikap serta cara belajar mahasiswa. Evaluasi
hasil pembelajaran atau evaluasi hasil belajar antara lain mengguakan tes untuk
melakukan pengukuran hasil belajar sebagai prestasi belajar, dalam hal ini
adalah penguasaan kompetensi oleh setiap mahasiswa. Terkait dengan ketiga jenis
evaluasi pembelajaran tersebut, dalam praktek pembelajaran secara umum
pelaksanaan evaluasi pembelajaran menekankan pada evaluasi proses pembelajaran
atau evaluasi manajerial, dan evaluasi hasil belajar atau evaluasi substansial.
Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran kedua
jenis evaluasi tersebut merupakan komponen sistem pembelajaran yang sangat
penting. Evaluasi kedua jenis komponen yang dapat dipergunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan pelaksanaan dan
hasil pembelajaran. Selanjutnya masukan tersebut pada gilirannya dipergunakan
sebagai bahan dan dasar memperbaiki kualitas proses pembelajaran menuju ke
perbaikan kualitas hasil pembelajaran.
Jika membahas tentang evaluasi, kita akan
menemukan beberapa pandangan tentang evaluasi, baik berkenaan dengan konsep,
prinsip maupun tujuannya. Diantaranya juga terdapat beberapa aktivitas atau
istilah yang berkaitan dengan evaluasi, seperti pengukuran, dan testing.
Wiersma dan Jurs berpendapat bahwa evaluasi
adalah suatu proses yang mencakup pengukuran dan juga testing, yang juga berisi
pengambilan keputusan tentang nilai. Pendapat ini sejalan dengan pendapat
Arikunto yang menyatakan bahwa evaluasi merupakan kegiatan mengukur dan
menilai. Kedua pendapat tersebut menyatakan bahwa evaluasi memiliki cakupan
yang lebih luas daripada pengukuran dan testing.
C.
Fungsi
dan Tujuan Evaluasi
© Fungsi Evaluasi
1. Fungsi
evaluasi dapat dilihat berdasarkan jenis evaluasi itu
sendiri, yaitu :
Ø
formatif, yaitu
memberikan feed back bagi
guru/instruktur sebagai dasar untuk memperbaiki proses pembelajaran dan
mengadakan program remedial bagi peserta didik yang belum menguasai sepenuhnya
materi yang dipelajari,
Ø
sumatif, yaitu
mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran,
menentukan angka (nilai) sebagai bahan keputusan kenaikan kelas dan laporan
perkembangan belajar, serta dapat meningkatkan motivasi belajar,
Ø
diagnostik, yaitu dapat
mengetahui latar belakang peserta didik (psikologis, fisik, dan lingkungan)
yang mengalami kesulitan belajar,
Ø
seleksi dan penempatan, yaitu hasil evaluasi dapat dijadikan
dasar untuk menyeleksi dan menempatkan peserta didik sesuai dengan minat dan
kemampuannya.
2. Tujuan
Evaluasi
Secara
umum tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui efektivitas proses
pembelajaran yang telah dilaksanakan. Secara khusus, tujuan
evaluasi adalah untuk :
Ñ
Mengetahui
tingkat penguasaan peserta didik
terhadap kompetensi yang telah ditetapkan,
Ñ
Mengetahui
kesulitan-kesulitan yang dialami peserta didik dalam proses belajar, sehingga
dapat dilakukan diagnosis dan kemungkinan memberikan remedial teaching
Ñ
Mengetahui
efisiensi dan efektifitas strategi
pembelajaran yang digunakan guru, baik yang menyangkut metode, media
maupun sumber-sumber belajar.
Sedangkan
menurut Depdiknas (2003 : 6)
Mengemukakan
tujuan evaluasi pembelajaran adalah :
Ø Melihat
produktivitas dan efektivitas kegiatan belajar-mengajar,
Ø Memperbaiki dan
menyempurnakan kegiatan guru,
Ø Memperbaiki,
menyempurnakan dan mengembangkan program belajar-mengajar,
Ø Mengetahui kesulitan-kesulitan apa yang dihadapi oleh
siswa selama kegiatan belajar dan mencarikan jalan keluarnya, dan
Ø Menempatkan siswa dalam situasi belajar-mengajar yang
tepat sesuai
dengan kemampuannya.
D.
Sasaran Evaluasi Pembelajaran
Adapun
sasaran evaluasi di sini mencakup beberapa sasaran evaluasi pembelajaran,
diantaranya:
a.
Kemampuan
Jika sebuah
institusi menginginkan out put yang berguna bagi nusa dan bangsa maka haruslah
memperhatikan atau memilah-milah kemampuan dari beberapa calon murid. Adapun
tes yang di gunakan adalah tes kemampuan.
b.
Kepribadian
Kepribadian
adalah sesuatau yang terdapat pada diri manusia serta tampak bentuknya dalam
tingkah laku, sehingga seorang pendidik akan mengetahui satu-persatu calon
peserta didiknya. Adapun alat yang di pakai adalah tes kepribadian.
c.
Sikap
Sikap adalah
bagian dari tingkah laku manusia yang menggambarkan kepribadian seseorang, akan
tetapi karena sikap ini sangat menonjol dalam pergaulan maka banyak orang yang
ingin tahu lebih dalam informasi khusus terkait dengannya.
d.
Intelegensi
Dalam hal
ini para ahli seperti binet dan simon menciptakan tes buatan yang di kenal
dengan tes binet-simon yang dapat mengetahui IQ seseorang, karena IQ bukanlah
intelegensi.
E.
Prosedur Evaluasi
Belajar
Sekalipun tidak selalu sama, namun pada umumnya para pakar dalam bidang
evaluasi pendidikan merinci kegiatan evaluasi ke dalam enam langkah pokok.
1.
Menyusun rencana evaluasi hasil
belajar
Sebelum evaluasi hasil belajar
dilaksanakan, harus disusun lebih dahulu perencanaannya secara baik dan matang.
Perencanaan hasil belajar itu umumnya mencakup enam jenis kegiatan, yaitu:
Ü
Merumuskan tujuan
dilaksanakannya evaluasi Perumusan tujuan evaluasi hasil belajar itu penting
sekali, sebab tanpa tujuan yang jelas maka evaluasi hasil belajar akan berjalan
tanpa arah dan pada gilirannya dapat mengakibatkan evaluasi menjadi kehilangan
arti dan fungsinya.
Ü
Menetapkna
aspek-aspek yang hendak dievaluasi. Misalnya apakah aspek kognitif, aspek
afektif ataukah aspek psikomotorik.
Ü
Memilih dan
menentukan teknik yang akan dipergunakan di dalam melaksanakan evaluasi,
misalnya apakah evaluasi itu akan dilaksanakan dengan menggunakan teknik tes
ataukah teknik nontes. Jika teknik yang akan dipergunakan itu adalah teknik
nontes, apakah pelaksanaannya dengan menggunakan pengamatan (observasi),
melakukan wawancara (interview), menyebarkan angket (questionnaire)?
Ü
Menyusun
alat-alat pengukur yang akan dipergunakan dalam pengukuran dan penialain hasil
belajar peserta didik, seperti butir-butir soal tes hasil belajar (pada
evaluasi hasil belajar yang menggunakan teknik tes). Daftar check (check list),
rating scale, panduan wawancara (interview guide) atau daftar angket
(questionnaire), untuk evaluasi hasil belajar yang menggunakan teknik nontes.
Ü
Menentukan
tolak ukur, norma atau kriteria yang akan dijadikan pegangan atau patokan untuk
memberikan interpretasi terhadap data hasil evaluasi. Misalnya apakah yang akan
dipergunakan Penilaian Beracuan Patokan (PAP) ataukah akan dipergunakan
Penilaian beracuan kelompok atau Norma (PAN).
Ü
Menentukan
frekuensi dari kegiatan evaluasi hasil belajar itu sendiri (kapan dan seberapa
kali evaluasi hasil belajar itu akan dilaksanakan).
2.
Menghimpun data
Dalam evaluasi hasil belajar, wujud
nyata dari kegiatan menghimpun data adalah melaksanakan pengukuran, misalnya
dengan menyelenggarakan tes hasil belajar (apabila evaluasi hasil belajar itu
menggunakan teknik tes), atau melakukan pengamatan, wawancara atau angket
dengan menggunakan instrumen-instrumen tertentu berupa rating scale, check
list, interview guide atau questionnaire (apabila evaluasi hasil belajar itu
menggunakan teknik nontes)
.
3.
Melakukan verifikasi data
Data yang telah berhasil dihimpun
harus disaring lebih dahulu sebelum diolah lebih lanjut. Proses penyaringan itu
dikenal dengan istilah penelitian data atau verifikasi data. Verifikasi data
dimaksudkan untuk dapat memisahkan data yang “baik” (yaitu data yang dapat
memperjelas gambaran yang akan diperoleh mengenai diri individu atau sekelompok
individu yang sedang dievaluasi) dari data yang “kurang baik” (yaitu data yang
akan mengaburkan gambaran yang akan diperoleh apabila data itu ikut serta
diolah).
4.
Mengolah dan menganalisis data
Mengolah dan menganilisis hasil
evaluasi dilakukan dengan maksud untuk memberikan makna terhadap data yang
telah berhasil dihimpun dalam kegiatan evaluasi. Untuk keperluan itu maka data
hasil evaluasi perlu disusun dan diatur demikian rupa sehingga “dapat
berbicara”. Dalam mengolah dan menganalisis data hasil evaluasi itu dapat
dipergunakan teknik statistik.
5.
Memberikan interpretasi dan menarik
kesimpulan
Penafsiran atau interpretasi
terhadap data hasil evaluasi belajar pada hakikatnya adalah merupakan
verbalisasi dari makna yang terkandung dalam data yang telah mengalami
pengolahan dan penganalisisan itu. Atas dasar interpretasi terhadap data hasil
evaluasi itu pada akhirnya dapat dikemukakan kesimpulan-kesimpulan tertentu.
Kesimpulan-kesimpulan hasil evaluasi itu sudah barang tertentu mengacu kepada
tujuan dilakukannya evaluasi itu sendiri.
6.
Tindak lanjut hasil evaluasi
Bertitik tolak dari data hasil
evaluasi yang telah disusun, diatur, diolah, dianalisis dan disimpulkan
sehingga dapat diketahui apa makna yang terkandung di dalamnya maka pada
akhirnya evaluator akan dapat mengambil keputusan atau merumuskan
kebijakan-kebijakan yang dipandang perlu sebagai tindak lanjut dari kegiatan
evaluasi tersebut.
Dalam buku
berjudul, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar Karya Muhammad Ali, juga
dijelaskan mengenai langkah-langkah evaluasi, yakni :
v
Tahapan
persiapan,
Pada tahapan ini bahan-bahan yang
diperlukan untuk menyusun alat evaluasi dihimpun, bahan-bahan tersebut meliputi
:
Ü
Tujuan
Pengajaran.
Yakni bentuk perilaku yang akan
dievaluasi. Bila evaluasi dilakukan secara formatif tujuan pengajaran di
samping untuk kepentingan evaluasi, juga dalam rangka pengembangan sistem
pengajaran (system instructional). Bila evaluasi dilakukan sebagai evaluasi
sumatif atau untuk kepentingan diagnostik maupun penempatan, maka perumusan
tujuan disesuaikan dengan maksud tertentu. Dalam perumusan tujuan perlu
diperhatikan aspek yang akan diukur berdasarkan klasifikasi taxonomi
pendidikan.
Ü
Menentukan
ruang lingkup dan urutan bahan berpedoman pada kisi-kisi yang dibuat.
Dalam hal
ini perlu diperhatikan pula penggunaan sumber bahan yang representatif,
sehingga dalam mengambil sample bahan yang akan dievaluasikan betul-betul
mencerminkan tentang berbagai aspek yang akan diukur. Hal ini terutama sekali
berlaku bila bukan evaluasi formatif yang akan dilaksanakan.
Ü
Menuliskan
butir-butir soal dengan bentuk sebagaimana direncanakan dan dibuat dalam
kisi-kisi
Ü
Bila
evaluasi dilaksanakan selain untuk kepentingan evaluasi formatif, soal yang
dibuat perlu diuji coba terlebih dahulu sebelum diperbanyak sesuai dengan
kebutuhan.
v
Tahapan
pelaksanaan.
Melaksanakan evaluasi harus
disesuaikan dengan maksud tertentu. Evaluasi formatif dilaksanakan setiap kali
dilakukan pengajaran terhadap satu unit pelajaran tertentu. Evaluasi sumatif
dilakukan pada akhir program, apakah semester atau kelas terakhir (Evaluasi
Belajar Tahap Akhir termasuk pula evaluasi sumatif). Evaluasi diagnostik
dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan.
v
Tahap
pemeriksaan,
Penentuan dan pengolahan angka atau
skor. Dalam memeriksa pekerjaan hasil evaluasi seharusnya digunakan kunci
jawaban, baik untuk evaluasi dengan test essay atau pun tugas obyektif. Hal ini
disamping untuk mempermudah pemeriksaan juga untuk menghindari unsur subyektif
dalam memberikan angka.
Angka yang diperoleh dari hasil
pemeriksaan masih dalam bentuk angka mentah. Agar kita memperoleh angka masak
(angka terjabar) perlu dilakukan pengolahan dengan menggunakan aturan-aturan
tertentu. Untuk menghasilkan angka terjabar ini dasar penentuan angka
disesuaikan dengan acuan yang digunakan, apakah aduan petokan ataukah acuan norma.
F.
Fungsi dan Tujuan Evaluasi Pembalajaran
a.
Evaluasi pembelajaran memilki berbagai tujuan diantaranya adalah untuk :
1.
Menentukan
angka kemajuan atau hasil belajar pada siswa. Berfungsi sebagai :
a. Laporan kepada orang tua / wali siswa.
b. Penentuan kenaikan kelas
c. Penentuan kelulusan siswa.
2.
Penempatan
siswa ke dalam situasi belajar mengajar yang tepat dan serasi dengan tingkat
kemampuan, minat dan berbagai karakteristik yang dimiliki.
3.
Mengenal
latar belakang siswa (psikologis, fisik dan lingkungan) yang berguna baik bagi
penempatan maupun penentuan sebab-sebab kesulitan belajar para siswa, yakni
berfungsi sebagai masukan bagi tugas Bimbingan dan Penyuluhan (BP).
4.
Sebagai
umpan balik bagi guru, yang pada gilirannya dapat digunakan untuk memperbaiki proses
belajar mengajar dan program remidial bagi siswa.
b.
Evaluasi pembelajaran memilki berbagai fungsi diantaranya adalah untuk :
Ñ
Kurikuler
(alat pengukur ketercapaian tujuan mata pelajaran),
Ñ
instruksional
(alat ukur ketercapaian tujuan proses belajar mengajar),
Ñ
diagnostik
(mengetahui kelemahan siswa, penyembuhan atau penyelesaian berbagai kesulitan
belajar siswa).,
Ñ
placement
(penempatan siswa sesuai dengan bakat dan minatnya, serta kemampuannya)
Ñ
administratif
BP (pendataan berbagai permasalahan yang dihadapi siswa dan alternatif
bimbingan dan penyuluhanya).